Laman

Minggu, 04 Juli 2010

PENGAMATAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN SAINS DI KELAS IV SDN SANANWETAN 03 KOTA BLITAR

Pembelajaran sains di tingkat SD dilaksanakan sesuai dengan sains sebagai suatu proses dan sains sebagai suatu produk. Pembelajaran sains tersebut memiliki arti bahwa pembelajaran sains mengondisikan siswa melakukan serangkaian kegiatan untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menemukan sesuatu. Siswa dengan bimbingan guru diarahkan untuk dapat menemukan atau membuat kesimpulan dari serangkaian kegiatan yang sudah dilakukan tadi. Berarti terdapat interaksi antara siswa dengan objek atau alam secara langsung (Asy’ari,2006:37). PENGAMATAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI
PADA PEMBELAJARAN SAINS DI KELAS IV
SDN SANANWETAN 03 KOTA BLITAR

Nur Wijayanto

Abstrak: Pengamatan ini difokuskan untuk mengetahui penggunaan metode de-monstrasi pada pembelajaran sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar dan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan metode demonstrasi di kelas tersebut dengan penggunaan demonstrasi yang sebenarnya. Pengamatan ini memberikan informasi bahwa: (a) tahap pelaksanaan dilaksanakan tanpa menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran, melibatkan siswa selama pelaksanaan demonstrasi, hubungan guru dengan siswa tidak kaku, dan guru tidak memarahi siswa yang gagal melakukan demonstrasi; (b) tahap evaluasi dilaksanakan guru dengan melakukan tanya jawab dengan siswa; dan (c) kesesuaian penggunaan metode demonstrasi dengan penggunaan metode demonstrasi yang seharusnya adalah 63%.

Kata Kunci : pembelajaran sains, metode demonstrasi


Pembelajaran sains di tingkat SD dilaksanakan sesuai dengan sains sebagai suatu proses dan sains sebagai suatu produk. Pembelajaran sains tersebut memiliki arti bahwa pembelajaran sains mengondisikan siswa melakukan serangkaian kegiatan untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menemukan sesuatu. Siswa dengan bimbingan guru diarahkan untuk dapat menemukan atau membuat kesimpulan dari serangkaian kegiatan yang sudah dilakukan tadi. Berarti terdapat interaksi antara siswa dengan objek atau alam secara langsung (Asy’ari,2006:37).
Keterampilan yang dapat ditarik berdasarkan acuan pengajaran sains SD adalah “pembelajaran sains di sekolah dasar akan efektif apabila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri dalam pembelajaran” (Asy’ari, 2006:44). Siswa akan lebih paham apabila berinteraksi secara langsung dengan objek yang dipelajari. Siswa juga akan menjadi aktif, kreatif dan peka terhadap keadaan lingkungan sekitarnya apabila berhadapan langsung dengan objek yang dipelajari. Untuk itu, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat oleh guru agar diperoleh hasil yang maksimal dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran sains adalah metode percobaan. Melalui metode ini siswa dapat melakukan serangkaian percobaan untuk menemukan produk sains mereka. Untuk melaksanakan metode tersebut, diperlukan alat dan bahan percobaan. Selain itu, pelaksanaan percobaan hendaknya dilakukan siswa secara individu atau dalam kelompok kecil. Sehingga siswa tersebut memperoleh produk sains melalui usaha mereka sendiri.
Pembelajaran sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar menggunakan metode percobaan seperti uraian di atas. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Kemudian, siswa tersebut melakukan serangkaian percobaan dengan menggunakan alat dan bahan yang ada di sekitar siswa atau menggunakan Kit IPA. Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan produk sains mereka sendiri.
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode percobaan tersebut di atas akan menjadi masalah apabila terdapat kesenjangan antara jumlah siswa dengan jumlah alat peraga khususnya kit IPA. Menyiasati hal tersebut dapat digunakan metode demonstrasi. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2006:29), metode demonstrasi adalah “bahwa seorang guru, atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta), atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya...”.
Pelaksanaan metode demonstrasi harus memperhatikan beberapa hal. Hal-hal ini merupakan kriteria-kriteria dalam melaksanakan metode demonstrasi yang baik. Kriteria-kriteria tersebut antara lain tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Tahap perencanaan merupakan kegiatan sebelum melaksanakan metode demonstrasi. Tahap perencanaan meliputi : (1) merumuskan hal-hal atau keterampilan apa yang akan diperoleh/dicari siswa. Guru menentukan materi beserta kegiatan pembelajarannya, (2) mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode tersebut wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan (Hasibuan dan Moedjiono,2006:30), (3) mempertimbangkan dan menggunakan metode lainnya dalam pembelajaran, (4) mempertimbangkan alat dan bahan yang akan digunakan apakah dapat diperoleh di lingkungan sekitar dan apakah layak digunakan, (5) menentukan waktu, alat dan bahan, dan langkah-langkah kegiatan, dan (6) mencoba terlebih dahulu demonstrasi tersebut sebelum dilakukan saat pembelajaran.
Tahap pelaksanaan adalah kegiatan melaksanakan metode demonstrasi pada pembelajaran. Tahap-pelaksanaan meliputi : (1) memberikan langkah-langkah kegiatan kepada siswa, (2) alat dan bahan sudah ada di depan meja sebelum siswa masuk kelas dan disusun menurut urut-urutannya (Depdikbud, 1994:130), (3) disediakan alat cadangan. Hal ini berguna apabila alat yang dipakai rusak atau tidak layak, (4) guru mengusahakan siswa dapat berpartisipasi aktif, (5) mengusahakan semua siswa dapat melihat demonstrasi tersebut (apabila demonstrasi dilakukan oleh guru, beberapa siswa atau orang lain yang ditunjuk), (6) guru tidak boleh menggerutu/marah apabila percobaan tidak berhasil, (7) mencatat hasil percobaan, (8) guru memberikan pertanyaan kepada siswa seputar demonstrasi yang dilakukan, baik oleh guru, siswa maupun orang lain yang ditunjuk untuk melakukan demonstrasi, (9) guru menekankan kepada pemahaman siswa. Apabila siswa gagal melakukan percobaan yang didemonstrasikan, guru membimbing siswa tersebut melakukannya lagi sampai berhasil, dan (10) interaksi guru dan siswa tidak kaku.
Kriteria terakhir adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi adalah tahap dimana guru menilai kegiatan demonstrasi yang dilakukannya apakah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau tidak. Hal/kriteria ini dapat dilakukan dengan cara guru melakukan tanya-jawab kepada siswa tentang hal-hal yang diperoleh selama demonstrasi. Guru juga dapat melakukan diskusi dengan siswa. Guru juga dapat memberikan soal evaluasi mengenai demonstrasi/percobaan yang dilakukan kepada siswa.
Bertolak dari paparan di atas, permasalahan dalam pengamatan ini dirumuskan sebagai berikut : (a) Bagaimana penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran sains kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar dan (b) Bagaimana kesesuaian penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran Sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar dengan penggunaan metode demonstrasi yang seharusnya. Tujuan pengamatan yang ingin dicapai adalah mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar dan kesesuaian penggunaan metode demonstrasi di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar dengan penggunaan metode demonstrasi yang seharusnya.

METODE
Pengamatan ini dilaksanakan menggunakan rancangan pengamatan deskriptif. pengamatan deskriptif yang dimaksud adalah pengamatan ini berusaha memperoleh informasi dari keadaan yang sedang berlangsung (penggunaan metode demonstrasi pada mata pelajaran sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar) pada saat pengamatan ini dilaksanakan. Prosedur pengamatan ini dilaksanakan selama dua kali. Instrumen pengamatan yang digunakan adalah lembar cek list dan kamera digital.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Seluruh data yang diperoleh dipilah disusun ke dalam 2 kelompok data, yaitu: (1) penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, dan (2) kesesuaian (persentase) penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar dengan penggunaan metode demonstrasi yang seharusnya dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif
Untuk mengetahui persentase kesesuaian penggunaan metode demonstrasi dengan pelaksanaan metode demonstrasi yang seharusnya digunakan rumus:


Kriteria kesesuaian pelaksanaan metode demonstrasi yang dilakukan pada pengamatan terhadap pelaksanaan metode demonstrasi yang seharusnya dirumuskan sebagai berikut.
90%-100% Sangat sesuai
80%-89% Sesuai
60%-79% Cukup sesuai
≤ 54% Kurang sesuai
Data yang sudah dihitung dengan persentase, dianalisis secara deskriptif kualitatif. Melalui cara ini data akan dijelaskan dalam bentuk kata-kata.

HASIL
Secara umum, hasil pengamatan 1 dan pengamatan 2 memberikan informasi yang sama. Namun demikian, terdapat beberapa deskriptor yang memiliki perbedaan atau memberikan hasil yang tidak sama. Informasi pengamatan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan persentase kesesuaian penggunaan metode demonstrasi pada mata pelajaran sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar dengan penggunaan metode demonstrasi yang seharusnya. Informasi-informasi tersebut disajikan pada tabel berikut.
Informasi yang diperoleh dari tahap perencanaan pada pengamatan 1 dan pengamatan 2 adalah semua deskriptor tahap perencanaan tidak tampak. Keterangannya adalah tidak terdapat rencana pelaksanaan pembelajaran. Deskriptor tahap perencanaan nomor 7 (guru melakukan demonstrasi sebelum melakukannya pada saat pembelajaran) memiliki keterangan (tidak dapat diketahui).
Terdapat 12 deskriptor pada tahap pelaksanaan metode demonstrasi. Informasi yang diperoleh dari tahap pelaksanaan metode demonstrasi pada pengamatan 1 dan pengamatan 2 adalah terdapat 12 deskriptor yang tampak dan 1 deskriptor yang tidak tampak. Deskriptor yang tampak adalah: (1) memberikan langkah-langkah kegiatan kepada siswa (dilakukan dilakukan dengan cara ceramah), (2) disediakan alat cadangan (alat peraga jumlahnya banyak), (3) mengusahakan siswa dapat berpartisipasi aktif (guru meminta siswa melakukan demonstrasi di depan kelas), (4) mengusahakan semua siswa dapat melihat demonstrasi tersebut (apabila demonstrasi dilakukan oleh guru dan atau beberapa siswa) (dilakukan oleh guru di depan kelas dan di dekat kelompok siswa), (5) guru tidak menggerutu/marah apabila percobaan tidak berhasil (guru tidak menggerutu apabila siswa gagal melakukan demonstrasi), (6) guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil melakukan percobaan (melalui tepuk tangan), (7) guru bertanya seputar demonstrasi kepada siswa pada saat demonstrasi berlangsung (siswa diberi pertanyaan oleh guru tentang kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan demonstrasi di depan siswa dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru), (8) siswa diminta untuk melakukan demonstrasi (dilakukan setelah siswa melakukan percobaan), (9) mencatat hasil percobaan (dilakukan oleh siswa), (10) interaksi siswa dengan guru tidak kaku (siswa tidak malu bertanya kepada guru), dan (11) guru menekankan kepada pemahaman siswa (siswa yang gagal akan diminta untuk mengulangi demonstrasinya). sedangkan aspek yang tidak muncul adalah alat dan bahan sudah ada di depan meja sebelum siswa masuk kelas dan disusun menurut urut-urutannya (alat dan bahan dicari setelah langkah-langkah kegiatan diberikan kepada siswa).
Terdapat 1 deskriptor tahap evaluasi. Deskriptor tersebut adalah guru melakukan tanya jawab dengan siswa. Deskriptor tersebut muncul pada pengamatan 1 dan pengamatan 2. Namun demikian, keterangan pada pengamatan 1 dan pengamatan 2 berbeda. Pada pengamatan 1, keterangan yang diperoleh adalah tanya jawab dilaksanakan setelah semua siswa selesai melakukan demonstrasi. Sedangkan keterangan yang diperoleh pada pengamatan 2 adalah guru melakukan tanya jawab dengan siswa pada saat siswa melakukan demonstrasi.
Poin atau hal terakhir pengamatan ini adalah persentase kesesuaian penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar. Persentase tersebut adalah 63% baik pada pengamatan 1 maupun pada pengamatan 2.

PEMBAHASAN
Deskriptor tahap pelaksanaan pada pengamatan 1 dan 2 yang muncul sejumlah 11 dari 12 deskriptor tahap pelaksanaan metode demonstrasi. Deskriptor-deskriptor tersebut antara lain: (1) memberikan langkah-langkah kegiatan kepada. (2) disediakan alat cadangan, (3) mengusahakan siswa dapat berpartisipasi aktif, (4) mengusahakan semua siswa dapat melihat demonstrasi tersebut (apabila demonstrasi dilakukan oleh guru dan atau beberapa siswa), (5) guru tidak menggerutu/marah apabila percobaan tidak berhasil, (6) guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil melakukan percobaan (melalui tepuk tangan), (7) guru bertanya seputar demonstrasi kepada siswa pada saat demonstrasi berlangsung (siswa diberi pertanyaan oleh guru tentang kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan demonstrasi di depan siswa dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru), (8) siswa diminta untuk melakukan demonstrasi, (9) mencatat hasil percobaan, (10) interaksi siswa dengan guru tidak kaku, dan (11) guru menekankan kepada pemahaman siswa. munculnya sebagian besar deskriptor-deskriptor tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran dapat berjalan dengan baik. siswa diberi langkah-langkah kegiatan. Hal ini akan menantang siswa untuk menemukan produk sains melalui percobaan yang dilakukan. Guru juga mengikutsertakan siswa dalam demonstrasi. Demonstrasi ini dilakukan setelah siswa melakukan percobaan Berarti guru mengedepankan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. tindakan guru tersebut menjadikan siswa memiliki pengalaman langsung. Hal ini sesuai dengan hakikat pembelajaran sains, yaitu “membelajarkan siswa seoptimal mungkin untuk memenuhi atau mengeksplorasi alam sekitar guna mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupannya” (Asy’ari, 2006:34). Selain itu, guru juga menggunakan metode pembelajaran yang lain. Hal ini akan memberikan variasi terhadap pembelajaran, yang mana variasi ini akan menbuat siswa tidak bosan dalam pembelajaran.
Pelaksanaan demonstrasi tersebut dilakukan dengan menggunakan interaksi yang baik antar siswa dengan guru. Siswa tidak malu untuk bertanya dengan guru. Hal ini akan memudahkan siswa memecahkan masalah yang dihadapinya. Selain itu, guru tidak menggerutu atau memarahi siswa yang mengalami kegagalan dalam melakukan percobaan/demonstrasi. Namun, guru memberikan bimbingan kepada siswa tersebut.
Deskriptor tahap evaluasi muncul pada kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat tindak lanjut dari pelaksanaan percobaan dan demonstrasi. Hal ini dapat digunakan sebagai cara untuk mengumpulkan hasil percobaan masing-masing kelompok, sehingga produk sains yang diperoleh siswa semakin lengkap.
Deskriptor yang tidak muncul pada tahap pelaksanaan demonstrasi adalah alat dan bahan sudah ada di depan meja dan disusun menurut urut-urutannya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan dadakan.
Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal tersebut terlihat dari munculnya sebagian besar deskriptor pada tahap pelaksanaan dan deskriptor pada tahap evaluasi. Desktiptor-desktiptor tersebut menunjukkan bahwa demonstrasi dilaksanakan dengan baik. Hal ini menyiratkan bahwa terdapat perencanaan demonstrasi oleh guru, meskipun deskriptor pengamatan 1 dan 2 pada tahap perencanaan tidak ada yang muncul.
Persentase kesesuaian penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 kota Blitar adalah pada pengamatan 1 dan 2 63%. Berdasarkan kriteria yang sudah dirumuskan, persentase tersebut termasuk cukup sesuai. Melalui hasil ini hendaknya guru meningkatkan penggunaan metode demonstrasi sesuai dengan yang seharusnya, sehingga akan diperoleh pembelajaran yang lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran Sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap perencanaan dilakukan tanpa menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan dilakukan dengan cara mengikutsertakan siswa pada pelaksanaan demonstrasi. Hubungan guru dengan siswa juga tidak kaku. Guru juga tidak menggerutu/memarahi siswa yang gagal melakukan percobaan/demonstrasi. Tahap evaluasi dilakukan dengan jalan guru melakukan tanya-jawab dengan siswa. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran Sains di kelas IV SDN Sananwetan 03 Kota Blitar cukup sesuai dengan penggunaan metode demonstrasi yang seharusnya dengan persentase kesesuaian 63%.


SARAN
Saran ditujukan kepada guru. Guru hendaknya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi tertata secara sistematis.

DAFTAR RUJUKAN
Asy’ary, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakar dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Hasibuan, J.J., dan Moedjiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tim Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Keempat. Malang: Universitas Negeri Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Blitar, Jawa Timur, Indonesia
Saya Adalah mahasiswa S 1 PGSD KSDP Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang dan juga sebagai guru sukwan di salah satu SD negeri di Kabupaten Blitar